BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sunday, July 18, 2010

AIR MATA HATIKU


Kasih
Seandainya kau mengerti akan keperitan di hati ini alangkah bahagianya
hidupku..Aku tidak dapat menahan sebak di dada
sehingga air mata ku jatuh setiap
kali hatiku di
sakiti
Tidak terniat hati ini untuk menitiskan air mata ini di hadapanmu tapi
hanya itu sahaja yg memberiku ketenangan
ketika air mataku jatuh di situlah
rasa sakit yg amat sangat
di dalam hati
Kasih
Mengapa kah engkau sanggup membohongi diriku sedangkan aku
sudah menjadi sebahagiaan
dalam hidupmu
Tidak kah kau pernah rasa belas kasihan terhadap diriku setiap
kali air mataku mengalir di
hadapanmu
Seandainya aku bisa menahan air mata ini tidak sesekali aku
mengeluarkannya di saat kita bersama
kejujuranmu yang aku pinta
kasih
Siapa aku dalam dirimu sehingga sanggup melihatku menderita
kerana pembohonganmu..sampai bila ia
akan berakhir
kasih
Jika kau sayang dan cinta padaku tunjukkan kepada aku yg kau
benar-benar mencintaiku agar
aku bisa mencintaimu
dgn sepenuh
hati
Kasihanilah diriku, kasihanilah hatiku dan kasihanilah air mata
ku ini kerana aku sudah tidak
sanggup menahan
penderitaan..

KASIH CINTA


Cinta
kau hadir tanpa ku sedari dan tanpa ku pinta,kau begitu indah di
antara yang terindah dalam hidup setiap insan
kadangkala kau hadir semasa ku sedang berduka dan kadangkala
kau hadir semasa ku sedang gembira
Cinta
kau yang hadir dalam hatiku ini tidak ku pernah berdusta dan ikhlas
memberi dari lubuk hatiku ini,tp syg..cinta yang
ku berikan tidak di hargai oleh insan yang pernah aku cintai sewaktu
ketika dahulu
Cinta
hati ini begitu sakit bila cinta yang ku beri di dustai dan di khianati
tak pernah ku duga akan menjadi seluka ini di
dalam hati..insan itu melukai hati ku ini sedalam-dalam nya sehingga
tak tahan menahan sakit
Cinta
hati ini akan terus tenang bagaikan di syurga bila cinta yang ku beri
dihargai dan di jaga oleh insan yang benar-
benar mencintai diriku,bila ku benar-benar dapat cinta itu akan ku
jaga ia seperti mana agungnya cinta hawa kpd adam
Cinta
aku mengerti akan makna cinta, cinta amat sakit bila di sakiti tp cinta
juga aman dan tenang bila di hargai..
sememangnya ku tahu cinta itu tak semudah yg di sangkakan oleh
setiap insan tp ku yakin Tuhan akan berikan
seorang yang salah sebelum berikan seorang yang betul(baik) kerna
ku tahu itu hanyalah dugaan alam percintaan..

Wednesday, July 14, 2010

PERSAHABATAN







Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan?..Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.

Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.

Dan bilamana ia diam, hatimu tiada ‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan.

Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan. Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan.

Tuesday, July 13, 2010


Puisi Buat Seorang Yg Di Cintai



Sayang
Andai saat ini ilahi memanggilku

kembali,
Ku harap kau tabah menghadapi,
Detik-detik dan liku hidup ini,
Kerana�
Aku tak mungkin lagi berada disisimu,
Aku tak lagi dapat mengusap wajah
manjamu itu,
Tak mungkin aku mampu lagi menggapai
tanganmu,
Apatah lagi untuk aku mencarik hatimu
dengan..
Tinta-tinta kerinduan,
Warkah-warkah kasih sayang,
Irama-irama kesyahduan,
Bait-bait puisi riang,
Dan baris-baris kenangan yang pernah
kita simpulkan� ..


Sayang...
Andai saat ini saat terakhir aku di
sisimu�
Izinkan aku tatapi tiap lirik wajahmu,
Izinkan aku mencuit senyum manja,
Izinkan aku selami hatimu,
Izinkan aku padamkam luka di jiwamu,
Biarkan sisa hidup ini dengan ku tabur
sedetik bahagia,
agar�
Kau takkan mudah melupakan aku,
Kau tak mudah tinggalkan cintaku,
Tak mudah kau usir rindu yang
bertandang saat ini,
Biar ia menjadi sejarah yang tak
mungkin kau lupa,
Cukuplah sehingga kau belum
berpunya..


Sayang..
Andai masa sudah mengakhiri,
Andai saat yang dinanti tiba di hati..
Ku harap kau rela membiarkan ku pergi,
Ku harap kau dicucuri rahmat dari
ilahi,
Sentiasa bahagia dan hidup ceria,
Akan ku lihat kau dari jauh,
Jangan lupakan aku biarpun kau dah
berpengganti..
Hulurkan doamu padaku tiap malam agar
aku bisa mendengar lagi,
Suara merdumu,
Hadiahkanku bacaan yasin dan doa,
setiap kali kau akhiri tututan mu

sayang...

Monday, March 22, 2010

LIRIK LAGU ERRA: TERPAKSA MELANGKAH

Seandainya Kejujuran Ini
Tiada Lagi Tertera Dihati
Kurela Undur Diri
Dariku Terluka
Di Puncak Impian
Yang Kugenggami

Takku Sangka Gerimis Melanda
Ketika itu Hangatnya Merindu
Bagaikan Tiada Duka Yang Datang
Namun Kelopak Berderai

Bukan Simpati Yang Mesti Kau Lafazkan
Untuk Menegakkan Cinta
Seolah Sengaja
Kau Persendakan Kasihku

Biarku Derita
Biarpun Sengsara
Asalkan Tiada Kekesalan
Walaupun Cinta Sepenuh Hatiku
Namun ku Tak Berupaya Didustai Oleh Bibir
Yang Berpura

Seandainya Kejujuran Ini
Tiada Lagi Tertera Dihati
Terpaksaku Melangkah
Walau Hatiku Kan Terluka

Thursday, March 11, 2010

~MAAFKAN AKU~


MAAFKAN AKU

Kiranya benar takdir cinta kita
cuma setakat ini
maaf ku pohon darimu sayang
dari detik pertama perkenalan
hingga saat perpisahan
Maaf ku tak berdaya
menjadi seperti yang kamu inginkan
aku cuma aku
aku bukan insan sempurna
Maaf ku tak bisa
melupakan dirimu
wajahmu, bait tuturmu
segala yang ada padamu
akan sentiasa di kalbuku
Andai tiba saatnya
kamu temui pengantiku
akan ku titipkan doa
moga kamu bahagia disampingnya

~PUISI~

Tragedi Sesaat Cinta

Masa silam adalah rimba kesakitan
hingga dikau tidak mampu berdiri
di laman kendiri merenung indah bulan
memancarkan jernih kekesalan
di wajahmu yang rawan.

Yang terjadi adalah tragedi

sesaat cinta yang mengubah rasa
pahit sendirian menelan segala
dia pergi entah ke mana.

Engkau bukan mereka
tega membunuh benih cinta sendiri
untuk malu yang tiada ertinya lagi
nyawa si kecil itu bukan di tanganmu
pasti ada jalan untuk segalanya ini.

Saban hari kita melihat
bayi-bayi itu mati di tangan ibunya sendiri
sedang jika benar ia bermula dengan cinta
pasti ada hikmah untuk setiap peristiwa.

Usah ditambah dosa yang ada
kembalilah berdiri menghargai diri
lelaki durjana tetap ada walau ke mana
dirimu pergi, kekuatan diri dan agama
adalah perisainya
mereka tidak boleh melukaimu lagi.

~ABOUT KHALIL GIBRAN~

Masa Muda Dan Keindahan ~ Khalil Gibran


Keindahan menjadi milik usia muda, tapi keremajaan yang untuknya dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran.
Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan?
Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian.
Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaan
sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari?
Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan hari.

Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati dan beku;
banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak;
dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan,
melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun kerana kehilangan kebahagiaan.

Usia tua adalah permukaan kulit bumi;
ia harus, melalui cahaya dan kebenaran,
memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yang
ada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan mereka
hingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang sedang tumbuh dengan kebangkitan baru
Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual,
dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas,
sebagai pemahaman keindahan kewujudan melalui
rasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut

~ Khalil Gibran

Surat Dari Kekasih ~ Khalil Gibran

Untukmu yang selalu Kucintai,
Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan
berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita,
meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu
walaupun hanya sepatah kata.

Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang
indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu….
Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja…
Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu.

Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap,
Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk…

Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun.
Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu.
Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau
berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual.

Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku
menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan
semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk
untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.

Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke
sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara
kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak
sedikitpun menyapaKu.

Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu
dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan,
tetapi engkau tidak melakukannya…..

Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan
Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu,
meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku
tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak,
hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak
waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun
dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu-
waktu untukKu dilupakan.

Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati
makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu
dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan.

Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu,
kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin
engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu.

Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari.
Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba.

Baiklah….. engkau bangun kembali dan kembali Aku
menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan
memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu…

Tapi yang Kutunggu … ah tak juga kau menyapaKu.
Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi
kau masih tidak mempedulikan Aku.

Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada
pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU….

Apakah salahKu padamu …? Rezeki yang Kulimpahkan,
kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan
yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan,
kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak
membuatmu ingat kepadaKu ???

Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap
berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon
perlindunganKu, bersujud menghadapKu … Kembali kepadaKu.

Yang selalu bersamamu setiap saat,
Tuhanmu….

~ Khalil Gibran

~SASTERA TERBILANG(KHALIL GIBRAN)~

Khalil Gibran was born in Bechari (Bsharri), Lebanon, a mountain village of Maronite Christians. A talented child, he was modelling, drawing, and writing at an early age. Gibran’s mother took her children to the United States, but their father remained in Lebanon.

The family settled first in Boston, then in New York. Gibran returned to Lebanon in 1897 for two years to study Arabic literature in Beirut at al-Hikma College. Gibran’s artistic talents was recognized early and he was introduced to F. Holland Day, a photographer, who tutored him in art and literature. Through Day Gibran was given entrée to Boston society, where he acquired valuable contacts. Gibran’s mother died when he was 20. His sister supported him while he established himself as a writer and painter. Gibran’s most ardent benefactress was Mary Haskell, the headmistress of a progressive girl’s school in Cambridge. She supported her protégé financially for most of his career.

In 1904 Gibran had his first art exhibition in Boston. His first book, AL-MUSIQA (1905) was about music. It was followed by two collections of short stories and a novelette in 1912. From 1908 to 1910 he studied art in Paris with August Rodin. In 1912 he settled in New York, where he devoted himself to writing and painting. Though concerned with the transcendental in his books, the basic subject in Gibran’s art was naked human bodies, tenderly intertwined .

Gibran’s early works were written in Arabic and are considered central to the development of modern Arabic literature. Gibran also wrote for journals published by the Lebanese and Arab communities in the U.S. From 1918 he wrote mostly in English and managed to revolutionize the language of poetry in the 1920s and 1930s. His first book for the publishing company Alfred Knopf was THE MADMAN (1918), a slim volume of aphorisms and parables written in biblical cadence somewhere between poetry and prose.

Usually Gibran used prophetic tone to condemn the evils that torment his homeland or threaten the humankind. His style, a combination of beauty and spirituality, became known as ‘Gibranism’. “I am a stranger to myself. I hear my tongue speak, but my ears find that voice strange. I may see my hidden self laughing, crying, defiant frightened, and thus does my being become enamored of my being and thus my soul begs my soul for explanation. But I remain unknown, hidden, shrouded in fog, veiled in silence.” (from ‘The Poet’)

In 1920 he founded a society for Arab writers called “Aribitah” (the pen bond), and supported the struggle to revolutionize the classically conservative Arabic literature. A very important channel for new ideas was Al Magar, the first New York Arabic newspaper, that Gibran wrote for. Other influential writers included Mikha’il Nu’aima (1889-1988), Iliya Abu Madi (1889-1957), Nasib Arida (1887-1946), Nadra Haddad (1881-1950), and Ilyas Abu Sabaka (1903-47). Especially Mikha’il Nu’aima’s critical writings paved way to new freedom in poetic expression. Although Gibran was not a great poetry in verse, and most of his writings in prose should not be regarded as ‘poetry’, he opened doors to a new kind of creativity. Salma Khadra Jayyusi wrote in 1987 that Gibran’s rhythm “fell on ears like magic, intoxicating in its frequent use of interrogations, repetitions, and the vocative; by a language which was at once modern, elegant, and original; and by an imagery that was evocative and imbued with a healthy measure of emotion. His vision of a world made sterile by dead mores and conventions but redeemable through love, good will, and constructive action deepened his readers’ insights en enlightened their views of life and man.”

Gibran died of liver disease, possibly accelerated by alcoholism, in New York on April 10, 1931. Upon his death, his body was shipped back to his hometown in Lebanon, where alongside his tomb The Gibran Museum was later established. In his will Gibran left all the royalties of his books to his native village.

“When the souls rise in the
light of their joy, my soul ascends glorified by the
dark of grief.
I am like you, Night! And when my morn comes, then
my time will end.”

Gibran’s best-known work is THE PROPHET, a partly autobiographical book of 26 poetic essays, which has been translated into over 20 languages. The Prophet, who has lived in a foreign city 12 years, is about to board a ship that will take him home. He is stopped by a group of people, whom he teaches the mysteries of life. The resulting 26 sermons are meant to emancipate the listeners. In the 1960s The Prophet became a counterculture guide and in the 1980s the message of spiritualism overcoming material success was adopted by Yuppies. Critics have not treated the book well. Its mystical poetry is frequently read at weddings even today. Among Gibran’s other popular books is THE EARTH GODS (1931), a dialogue in free verse between three titans on the human destiny.

Entri ini dikirim pada hari Isnin, 5 Februari 2007, 2:42 pm dan diletakkan dalam kategori Biografi Penyair. Anda boleh mengikuti sebarang respons bagi entri ini melalui suapan RSS 2.0. Anda boleh meninggalkan respons atau menjejak balik daripada tapak web anda.

~SASTERA TERBILANG(KHALIL GIBRAN)~

Khalil Gibran was born in Bechari (Bsharri), Lebanon, a mountain village of Maronite Christians. A talented child, he was modelling, drawing, and writing at an early age. Gibran’s mother took her children to the United States, but their father remained in Lebanon.

The family settled first in Boston, then in New York. Gibran returned to Lebanon in 1897 for two years to study Arabic literature in Beirut at al-Hikma College. Gibran’s artistic talents was recognized early and he was introduced to F. Holland Day, a photographer, who tutored him in art and literature. Through Day Gibran was given entrée to Boston society, where he acquired valuable contacts. Gibran’s mother died when he was 20. His sister supported him while he established himself as a writer and painter. Gibran’s most ardent benefactress was Mary Haskell, the headmistress of a progressive girl’s school in Cambridge. She supported her protégé financially for most of his career.

In 1904 Gibran had his first art exhibition in Boston. His first book, AL-MUSIQA (1905) was about music. It was followed by two collections of short stories and a novelette in 1912. From 1908 to 1910 he studied art in Paris with August Rodin. In 1912 he settled in New York, where he devoted himself to writing and painting. Though concerned with the transcendental in his books, the basic subject in Gibran’s art was naked human bodies, tenderly intertwined .

Gibran’s early works were written in Arabic and are considered central to the development of modern Arabic literature. Gibran also wrote for journals published by the Lebanese and Arab communities in the U.S. From 1918 he wrote mostly in English and managed to revolutionize the language of poetry in the 1920s and 1930s. His first book for the publishing company Alfred Knopf was THE MADMAN (1918), a slim volume of aphorisms and parables written in biblical cadence somewhere between poetry and prose.

Usually Gibran used prophetic tone to condemn the evils that torment his homeland or threaten the humankind. His style, a combination of beauty and spirituality, became known as ‘Gibranism’. “I am a stranger to myself. I hear my tongue speak, but my ears find that voice strange. I may see my hidden self laughing, crying, defiant frightened, and thus does my being become enamored of my being and thus my soul begs my soul for explanation. But I remain unknown, hidden, shrouded in fog, veiled in silence.” (from ‘The Poet’)

In 1920 he founded a society for Arab writers called “Aribitah” (the pen bond), and supported the struggle to revolutionize the classically conservative Arabic literature. A very important channel for new ideas was Al Magar, the first New York Arabic newspaper, that Gibran wrote for. Other influential writers included Mikha’il Nu’aima (1889-1988), Iliya Abu Madi (1889-1957), Nasib Arida (1887-1946), Nadra Haddad (1881-1950), and Ilyas Abu Sabaka (1903-47). Especially Mikha’il Nu’aima’s critical writings paved way to new freedom in poetic expression. Although Gibran was not a great poetry in verse, and most of his writings in prose should not be regarded as ‘poetry’, he opened doors to a new kind of creativity. Salma Khadra Jayyusi wrote in 1987 that Gibran’s rhythm “fell on ears like magic, intoxicating in its frequent use of interrogations, repetitions, and the vocative; by a language which was at once modern, elegant, and original; and by an imagery that was evocative and imbued with a healthy measure of emotion. His vision of a world made sterile by dead mores and conventions but redeemable through love, good will, and constructive action deepened his readers’ insights en enlightened their views of life and man.”

Gibran died of liver disease, possibly accelerated by alcoholism, in New York on April 10, 1931. Upon his death, his body was shipped back to his hometown in Lebanon, where alongside his tomb The Gibran Museum was later established. In his will Gibran left all the royalties of his books to his native village.

“When the souls rise in the
light of their joy, my soul ascends glorified by the
dark of grief.
I am like you, Night! And when my morn comes, then
my time will end.”

Gibran’s best-known work is THE PROPHET, a partly autobiographical book of 26 poetic essays, which has been translated into over 20 languages. The Prophet, who has lived in a foreign city 12 years, is about to board a ship that will take him home. He is stopped by a group of people, whom he teaches the mysteries of life. The resulting 26 sermons are meant to emancipate the listeners. In the 1960s The Prophet became a counterculture guide and in the 1980s the message of spiritualism overcoming material success was adopted by Yuppies. Critics have not treated the book well. Its mystical poetry is frequently read at weddings even today. Among Gibran’s other popular books is THE EARTH GODS (1931), a dialogue in free verse between three titans on the human destiny.

Entri ini dikirim pada hari Isnin, 5 Februari 2007, 2:42 pm dan diletakkan dalam kategori Biografi Penyair. Anda boleh mengikuti sebarang respons bagi entri ini melalui suapan RSS 2.0. Anda boleh meninggalkan respons atau menjejak balik daripada tapak web anda.

Tuesday, March 9, 2010

~LOVE THIS SONG~

~I LOVE MY MUM~


terima kasih ibu,kau telah membesarkan aku dgn sempurna
dan mendidikku sehingga la skrg..melayani karena ku knakal
ku..aku amat menyayangimu ibu..puisi untukmu ibu

~Untukmu Ibu~
pernah aku di tegur
katanya untuk kebaikan
pernah aku di marah katanya
untuk membaiki kelemahan
pernah aku di minta membantu
katanya supaya aku pandai
~ibu~
pernah aku merajuk katanya
aku manja
pernah aku melawan katanya
aku degil
pernah aku menangis katanya
aku lemah
~ibu~
setiap kali aku tersilap
dya hukum aku dgn nasihat
setiap kali aku kecewa
dia bangun di mlm sepi lalu bermunajat
setiap kali aku dalam kesakitan
dia ubati dengan penawar dan semangat
dan
bila aku mencapai kejayaan
dia kata bersyukur la pada tuhan
namun..
tidak pernah aku melihat air mata dukamu
mengalir di pipimu
begitu kuatnya dirimu
~ibu~
aku sayang padamu..
tuhanku..
aku bermohon padamu
sejahterakan lah
untuk selamanya...

Friday, March 5, 2010

LaGu CipTaaN sEnDiRi aNtArA aKu DaN c Dya



TAJUK.. .TERCIPTA KASIH KITA

nama cinta kita laungkan rasa rindu
yang kian hangat membara
antara aku dan dirimu.. .

yang penuh mengasyikan
waktu kita menganyam kasih
di perlamin cinta semalam.. .

korus

zikir kasih serjernih
embun pagi harapan
moga kesetiaan memayungi
kebhagian.. .

sentuhan dan belaian
kasih yang telah kita
ciptakan di ketika
malam yang penuh
shyadu itu.. .

belaian mesra
wajah lembut manja
kau sekuntum bunga
ku sunting dalam seribu.. .

Puisi Dari Me



PUISI SEBAGAI DOA MUJARAB PERJODOHAN

Ya Tuhanku
seandainya telah Engkau catatkan ,
dia milikku dan tercipta buatku,
satukanlah hatinya dengan hatiku
titipkanlah kebahagiaan di antara kami..

Ya Tuhanku Yang Maha Mengasihi,
seiringkanlah kami menjalani hidup ini,
ke tepian yang sejahtera dan abadi,..
maka jodohkanlah kami,....

tetapi ya Tuhanku....
seandainya telah Kau takdirkan
dia bukan milikku
Jodohkanlah juga.....

Jika tidak berjodoh denganku,
Maka jadikanlah kami jodoh....

Kalau dia bukan jodohku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain
Selain AKU.....

Kalo dia tidak bisa dijodohkan denganku,
Jangan sampai dia dapat jodoh yang lain...
Biarlah dia tidak berjodoh...
Sama seperti diriku..........

Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh,
Jodohkanlah kami kembali.....

Kalau dia jodoh orang lain,
maka PUTUSKANLAH!!!
Buatlah amandemen terhadap takdir tersebut
Seperti halnya MPR mengamandemen UUD 1945
Jodohkanlah dia denganku......

Jika tetap menjadi jodoh orang lain,
Biar orang itu ketemu jodoh yang lain dulu
dan kemudian jodohkanlah kembali dia denganku....
karena......
tiada kan pernah lagi ku mengenal yang lain selain dia
karena dialah hidupku.........

amiiinnn